Memilih Tempat Kursus Bahasa Inggris

Oleh: M. Abdullah (Abe)

Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional membuat semua orang berlomba-lomba untuk bisa menggunakannya. Hal itu dilihat para ahli pemasaran sebagai peluang untuk mengeruk fulus sebanyak-banyaknya, sehingga mereka tak segan-segan membuka biro jasa bahasa Inggris. Karena bagi mereka, bahasa Inggris disamakan dengan Surat Izin Mengemudi alias SIM.

Saking banyaknya “biro jasa“ yang menawarkan diri bisa membuat Anda bercasciscus dalam bahasa Inggris, Anda jadi bingung, mau pilih yang mana. Apalagi setiap lembaga kursus itu mengklaim dirinya sebagai institusi yang paling bagus. Tidak ada yang mau jujur berdagang, dengan menyampaikan kekurangan-kekurangan mereka. Mirip para penjual buah di pasar-pasar tradisional, hanya memperlihatkan buah yang mulus-mulus di permukaannya saja, tapi di bagian bawahnya ada yang peot, ada yang kisut, ada yang keriput dan mungkin ada juga yang busuk.

Sebagai konsumen Anda harus berhati-hati memilih, jangan sampai kecewa setelah mengeluarkan uang dari hasil jerih payah Anda membanting tulang dari pagi sampai sore, sebulan penuh. Berikut ini ada tips bagaimana memilih tempat kursus bahasa Inggris yang baik.

Pertama, JANGAN TERMAKAN IKLAN. Belum tentu iklan yang penampilannya mewah dengan memajang gambar-gambar model keren (yang diambil dari internet), bisa memberikan apa yang Anda inginkan. Mendaftarlah ke sebuah lembaga kursus, berdasarkan kebutuhan Anda, bukan karena melihat iklan.

Perusahaan yang menggunakan model yang dicomot dari internet untuk iklannya, bisakah dipertanggungjawabkan kwalitasnya?
Kedua, kalau Anda tertarik juga oleh iklan, atau DIITARIK-TARIK terus oleh yang masang iklan itu, selidiki dulu, apa betul kalimat-kalimat indah dalam iklan, sama dengan kenyataan. Caranya menyelidiki adalah dengan menanyakan kurikulumnya, buku pedomannya, metode mengajarnya, pengajarnya sudah pengalaman atau belum dll. Ingat, Anda harus betul-betul melihat bentuk fisik bukunya sebelum mendaftar! Jangan sampai bukunya hanya berisi tulisan-tulisan yang dicopy dari internet. Sebab banyak lembaga kursus yang MODULnya hanya asal comot dari internet, lengkap dengan gambar ilustrasinya.


Parahnya lagi, satu jenis modul itulah yang digunakan untuk mengajar balita, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Bahasa Inggris untuk ibu rumah tangga, karyawan, pengangguran, pencari kerja, pedagang, bahkan yang ingin meningkatkan karirpun, MODULNYA ITU-ITU JUGA. Mereka yang masih ada di level beginner, intermediate, atau sudah advanced sekalipun, MODULNYA juga itu-itu. Mungkin karena saking “saktinya” sang modul, yang mau belajar TOEFL, IELTS, atau ingin belajar jadi native speaker, disodori buku yang tebalnya sekaki gajah bengkak tsb (sudahlah kaki gajah, bengkak lagi).

Buku hasil copas dari internet bisa dijual berjuta-juta! Waspadalah!

Mengenai pengajarnya, Anda juga harus ketemu langsung dengan calon pengajar Anda. Jangan sampai para pengajar itu adalah PENGAJAR KARBITAN, yang dipaksa masak sebelum waktunya matang. Belum tentu TENTOR / MENTOR yang penampilannya gemerlap seperti bintang-bintang sinetron, skill bahasa Inggrisnya juga gemerlap.

Banyak perusahaan yang memperlakukan karyawannya seperti robot, termasuk guru bahasa Inggris, harus ikut komando big boss secara detil, yang diremot dari jauh.


Ketiga, JANGAN MAU bila disuruh membayar KONTAN di muka. Apalagi kalau nilainya sampai berjuta-juta. Kalau Anda membayar kontan di muka, Anda tidak akan bisa menarik uang Anda kembali, walaupun Anda kecewa dengan metode pengajaranya atau dengan kwalitas pelayanannya. Jangan harap Anda bisa menarik uang Anda kembali bila, misalkan, Anda berhalangan hadir. Justru dengan membayar kontan itulah, maka Anda TIDAK PUNYA KESEMPATAN untuk merasakan dahulu kwalitas para pengajarnya. Bila anda tidak datang lagi (setelah membayar), itulah yang diharapkan para marketing kursus itu, sebab mereka bisa mencari yang lain lagi untuk dimangsa, karena lembaga kursus semacam itu biasanya hanya MENGGENJOT profit, bukan mengedepankan kwalitas.

Kursus yang baik adalah yang metode pembayarannya bersifat bulanan, dan bukan jor-joran seperti itu. Dengan membayar bulanan, bila Anda ingin “cabut” karena berbagai alasan, maka Anda tidak akan rugi. Dengan membayar bulanan, Anda tidak akan dibebani secara financial. Dengan membayar bulanan, Anda punya kesempatan untuk MENGETES kemampuan para pengajarnya atau MEMBUKTIKAN kebenaran janji sang marketing, agen kursus, konsultan kursus, atau apa pun namanya. Lebih baik kuliah di sastra Inggris sekalian, kalau biaya kursus yang harus dibayar kontan, sama dengan harga sepeda motor baru.Tapi seandainya Anda harus membayar kontan dimuka, dan nilainya tidak sampai satu juta, saya rasa itu wajar-wajar saja.

Jangan sampai Anda menyesal setelah mengeluarkan uang kontan yang jumlahnya seharga satu unit sepeda motor, hanya untuk mendapatkan kursus yang kwalitasnya abal-abal.

Keempat, hati-hati terhadap JEBAKAN BETMEN para marketing, course advisor (penasehat kursus), konsultan kursus (course consultant) atau apapun namanya. Para marketing kursus sering mengatakan bahwa pendaftaran siswa pada bulan ini dibatasi, dan bulan depan biaya kursus sudah naik harganya. Itu semua hanyalah AKAL BULUS para marketing, course advisor, course consultant atau apa pun namanya. Sehingga Anda diminta untuk membayar Tanda Jadi atau DP (Down Payment) supaya JIKA bulan depan Anda baru bisa kursus, Anda masih kebagian tempat atau membayar biaya kursus dengan harga bulan ini. Itu semua hanyalah usaha MENGHIPNOTIS Anda supaya Anda secara tidak sadar mengeluarkan isi dompet yang sedang Anda bawa. Berapapun DP yang Anda bayarkan, entah itu sepuluh ribu atau limaribu, tetap akan diterima (sementara biaya kursusnya berjuta-juta). Kenyataannya BERAPA PUN BANYAKNYA peserta kursus pada bulan tersebut tetap akan diterima dengan senang hati. Kenyataannya, biaya kursusnya pun dari mulai buka lembaga kursus tsb sampai mau bangkrutpun masih berkisar segitu juga.


Kelima, perhatikan bonafiditas lembaga kursus dengan melihat seberapa sering lembaga tsb memasang IKLAN LOWONGAN KERJA. Hal ini kelihatannya sepele, tapi dari sini bisa kelihatan, kwalitas suatu institusi. Sebuah institusi, lembaga atau perusahaan yang setiap bulan, apalagi setiap minggu memasang iklan lowongan, berarti karyawannya sering keluar-masuk. Bisa dipastikan lembaga tsb berkwalitas ABAL-ABAL. Kok bisa? Ya pasti, sebab mereka pasang iklan lowongan karena butuh tenaga kerja. Tapi kenapa iklan lowongannya gak habis-habis? Di Indonesia ini banyak sekali tenaga produktif yang butuh kerja, apa tidak muat diakomodir oleh satu perusahaan yang sering pasang iklan lowonga di surat kabar-surat kabar, internet, bahkan pamphlet-pamflet?

Makin sering memasang iklan lowongan, makin nampak manajemennya kaki limanya.

Karena dari iklan lowongan yang dahulu mereka sudah dapat tenaga kerja, tapi kemudian tenaga kerja tersebut tidak bertahan lama. Bisa jadi karena ada konflik dengan management, bisa jadi karena suasana kerja yang kurang nyaman, bisa jadi karena kesejahteraan yang tidak diperhatikan, bisa jadi Jamsostek / askesnya hanya untuk yang sudah permanen, bisa jadi bossnya paranoid, bisa jadi HRDnya sok menjaga wibawa dengan main pecat, bisa jadi gajinya tidak sesuai dengan skillnya, dll. Otomatis management pasang iklan lowongan lagi. Jadi begitulah, iklan lowongan dan tenaga kerja terus berputar seperti lingkaran setan tiada habisnya.

Dampak dari lingkaran setan itu, para peserta kursus yang dirugikan. Karena type pengajarnya terus berganti-ganti, mereka jadi malas belajar, karena setiap ganti guru, yang diajarkan itu lagi, itu lagi. Kalau tenaga pengajarnya terus menerus berganti yang baru, kita pun dapat kwalitas pengajarannya seperti makan buah mangga karbitan. Belum matang betul, tapi dipaksa mengajar.

Keenam, perhatikan para guru, instruktur, pengajar, tutor, tumor, mentor, mentog, bebek, soang atau apa pun namanya, apakah mereka sudah berpengalaman mengajar atau masih BAU KENCUR alias belum berpengalaman. Banyak lembaga kursus yang lebih senang memperkerjakan pengajar yang masih bau ingus bangun tidur, alias belum punya jam terbang mengajar, karena biasanya mereka mau dibayar murah. Sehingga lahirlah guru, instruktur, tutor, mentor, pengajar KARBITAN, yang sebenarnya tidak punya kapabilitas dalam mengajar tapi dipaksa mengajar. Akibatnya, lagi-lagi konsumen yang jadi korbanya.

Boss arogan selalu bersikap oportunis, tak peduli ekses yang terjadi.

Ketujuh, Jangan TERKESIMA oleh kebesaran suatu lembaga kursus. Walaupun institusi tsb punya cabang di mana-mana, bukan berarti kwalitasnya juga besar. Tidak setiap perusahaan yang buka kursus di setiap kota besar, lantas punya andil bermanfaat bagi kemajuan intelegensi bangsa. Biasanya mereka buka cabang di tempat lain karena di tempat yang lama sepi peminat, sehingga modal yang ditanam belum menyentuh break event point alias balik modal. Dengan membuka cabang di tempat baru, calon prospek baru, diharapkan bisa nutup modal. Lembaga semacam itu hanya mengejar KEUNTUNGAN, bukan bermaksud mencerdaskan bangsa.

Kedelapan, INGAT: English is Easy to Speak and Cheap! Bahasa Inggris itu Mudah dan Murah! Tapi walaupun mudah dan murah, Bahasa Inggris bukanlah seperti SIM (Surat Izin Mengemudi) yang DIREKAYASA supaya bisa dibeli!

Wallahu a’lam bidzunubihim (laisa bisawabihim).

Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar